KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur saya Ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bahwasanya saya telah dapat membuat Makalah Tentang “ PENCEMARAN UDARA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA “ walaupun banyak sekali hambatan dan kesulitan yang saya hadapi dalam menyusun Makalah ini, dan mungkin KMakalah ini masih terdapat kekurangan dan belum bisa dikatakan sempurna dikarenakan keterbatasan kemampuan saya.
Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan ktitik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak terutama
dari Bapak/Ibu Guru supaya saya dapat lebih baik lagi dalam menyusun sebuah Makalah di kemudian hari, dan semoga Makalah ini berguna bagi siapa saja
terutama bagi teman-teman yang hobi atau ingin lebih tahu lebih banyak tentang
olahraga basket.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara kepulauan dikelilingi lautan dan terletak di daerah
katulistiwa, sehingga menyebabkan angin bertiup sepanjang tahun dengan kecepatan
yang relatif stabil. Hal ini sangat menguntungkan, mengingat iklim dan
kecepatan angin menentukan derajat pencemaran udara di suatu tempat.
Udara
merupakan komponen kehidupan dan perikehidupan yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan
hewan. Tanpa makan dan minum kita bisa hidup untuk beberapa hari tetapi tanpa
udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja. Kualitas dari udara
yang telah berubah komposisinya dari komposisi udara alamiahnya adalah udara
yang sudah tercemar sehingga tidak dapat menyangga kehidupan.
Ada beberapa alasan mengapa
pencemaran udara menjadi masalah yang perlu diperhatikan yaitu:
a.
pencemaran
melalui udara dapat berjalan dengan cepat dan menyebar secara luas bahkan dapat
bersifat global
b.
manusia
tidak mempunyai daya pilih terhadap bahan-bahan berbahaya yang ada di udara,
artinya pada saat bernafas semua zat-zat yang ada di udara dapat masuk ke dalam
saluran pernapasan.
c.
Saluran
pernapasan mempunyai bidang permukaan yang sangat luas yang dapat kontak dengan
bahan pencemar sehingga dosis pemaparannya begitu besar.
Demikian pentingnya membahas mengenai masalah
pencemaran udara, maka penulis menyusun makalah berjudul ”Pencemaran Udara
dan Upaya Penanggulangannya”.
B. Rumusan Masalah
Dari
uraian latar belakang diatas dapat rumuskan beberapa masalah, yaitu:
1.
Apa
definisi pencemaran udara?
2.
Bagaimana
kondisi kebersihan udara saat ini?
3.
Apa
penyebab terjadinya pencemaran udara?
4.
Apa
dampak terjadinya pencemaran udara?
5.
Apa
solusi untuk mengurangi dampak pencemaran udara?
C. Tujuan
Tujuan
penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1.
Definisi
pencemaran udara.
2.
Kondisi
kebersihan udara saat ini.
3.
Penyebab
terjadinya pencemaran udara.
4.
Dampak
terjadinya pencemaran udara.
5.
Solusi
untuk mengurangi dampak pencemaran udara.
PEMBAHASAN
A. Definisi Pencemaran Udara
Sebelum mendefinisikan pencemaran udara,
hendaknya diketahui terlebih dahulu mengenai definisi pencemaran (lingkungan).
Pencemaran lingkungan terjadi apabila dalam lingkungan tersebut, baik bersifat
fisik, biotik, maupun sosial terdapat bahan tertentu dengan konsentrasi yang
sedemikian rupa sehingga melebihi ambang batas yang normal. Bahan-bahan
tersebut justru dihasilkan dari proses aktifitas kehidupan manusia itu sendiri
yang akhirnya dapat mengancam eksistensinya di dunia, dan diidentifikasi
sebagai bahan pencemar atau polutan (Kabinawa, 1991).
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No.
4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup,
pencemaran lingkungan adalah “masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi dan atau komponen kedalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya”. Dengan
demikian konsep pencemaran lingkungan tidak terbatas hanya pada bahan yang
bersifat material saja, tetapi juga bentuk tingkah laku manusia dapat
dikategorikan sebagai bahan pencemar selama tingkah laku tersebut dapat
menyebabkan proses kehancuran terhadap eksistensi manusia itu sendiri.
Dari uraian definisi pencemaran lingkungan
diatas, pencemaran udara dapat didefinisikan sebagai ”masuknya atau terdapatnya
zat-zat, makhluk hidup atau komponen-komponen lain kedalam udara sehingga
menyebabkan perubahan dan penurunan kualitas udara sampai pada tingkat tertentu
yang menyebabkan udara tidak lagi dapat berfungsi sebagaimana mestinya”. Atau
dengan kata lain pencemaran udara dapat diartikan sebagai suatu
kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat,
baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan tubuh manusia.
Sudrajat (2005) mendefinisikan pencemaran udara sebagai masuknya, atau
tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan
terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum
serta menurunkan kualitas lingkungan.
Jenis-jenis Pencemaran Udara
Menurut asalnya, pencemaran udara dapat dibagi menjadi dua macam, yakni :
a. Pencemaran
Udara Alami
Adalah :
Masuknya zat pencemar ke dalam udara / atmosfer, akibat proses-
proses alam
seperti asap kebakaran hutan, debu gunung berapi, pancaran garam
dari laut, debu
meteroid dan sebagainya.
b. Pencemaran
Udara Non- Alami
Adalah :
Masuknya zat pencemar oleh aktivitas manusia, yang pada umumnya
tanpa disadari
dan merupakan produk sampinga, berupa gas-gas beracun, asap,
partikel-partikel
halus, senyawa belerang, senyawa kimia, buangan panas dan
buangan nuklir.
B. Kondisi udara saat ini
Berdasarkan
hasil pemantauan Kementerian Lingkungan Hidup melalui Air Quality Monitoring
Station (AQMS), dari sepuluh kota besar di Indonesia, enam di antaranya yaitu
Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Jambi dan Pekanbaru hanya memiliki udara
berkategori baik selama 22 sampai 62 hari dalam setahun atau tidak lebih dari
17%. Di Pontianak dan Palangkaraya penduduk harus menghirup udara dengan
kategori berbahaya masing-masing selama 88 dan 22 hari. Khusus Jakarta, dari
data AQMS menunjukkan, kualitas udara kategori baik di Jakarta selama 2001
hanya 75 hari. Pada 2002 angka itu menurun menjadi 22 hari dan pada 2003
sebanyak 26 hari. Sementara pada 2004 warga Jakarta hanya menikmati udara
dengan kategori baik selama 18 hari dalam kurun waktu satu tahun berdasarkan
hasil pemantauan alat monitoring udara ambien. Sedangkan data dari sejumlah
kota besar yang lain pasokan udara bersih tidak lebih dari 60 hari per tahun.
Profil kesehatan DKI Jakarta 2004 menunjukkan
bahwa sekitar 46% penyakit gangguan pernapasan terkait dengan pencemaran udara
(ISPA 43%, iritasi mata 1,7% dan asma 1,4%), dan sekitar 32% kematian
kemungkinan terkait dengan pencemaran udara (penyakit jantung dan paru-paru
28,3% dan pneumonia 3,7%) Di tahun yang sama di Yogyakarta (Profil Kesehatan
Yogyakarta 2004), sebanyak 32% penyakit ganggugan pernapasan terkait dengan
pencemaran udara (ISPA 22%, gangguan pernapsan lain 7,7%, dan asma 2,2%).
Kecenderungan yang sama terhadap penyakit-penyakit saluran pernapasan juga
terlihat pada data di kota-kota besar lain, seperti Bandung, Medan, Surabaya,
dan Makassar. Menurut Bank Dunia, estimasi kerugian yang diakibatkan oleh
pencemaran udara di Indonesia sebesar US$ 400 miliar setahun. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) kerugian tersebut
belum termasuk kematian dini dan gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh PM10
dan SO2 (World Bank, 2003) Perkiraan kerugian ekonomi yang ditimbulkan
pencemaran udara SO2 terhadap kesehatan adalah senilai Rp. 92.157.163 pada
tahun 2001.
Kegiatan
industri adalah konsumen bahan bakar kedua terbesar di Indonesia. Sumber
pencemar yang dikeluarkan dari kegiatn industri terutama: SO2 dan NO2. Pemantauan
kinerja pengelolaan lingkungan periode tahun 2004 – 2005 menunjukkan ada
beberapa perusahaan seperti industri besi dan baja (peleburan), industri semen
dan industri pulp dan kertas yang telah melakukan kewajiban yang dipersyaratkan
dalam peraturan pengendalian pencemaran udara dan melakukan perubahan-perubahan
dalam sistem pengendalian pencemaran udara.
C. Penyebab Pencemaran Udara
Perkembangan yang berkembang
pesat dewasa ini, khususnya dalam
industri dan teknologi, serta meningkatnya jumlah kendaraan
bermotor yang
menggunakan bahan bakar fosil (minyak) menyebabkan udara
yang kita hirup
disekitar kita menjadi tercemar oleh gas-gas buangan
hasil pembakaran.
Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yakni
:
a. karena faktor internal (secara alamiah), contoh :
1. debu yang berterbangan
akibat tiupan angin.
2. Abu (debu) yang
dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gas-gas
vulkanik.
3. Proses pembusukan sampah
organik, dll.
b. karena faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh
:
1. hasil pembakaran bahan
bakar fosil.
2. debu / serbuk dari
kegiatan industri.
3. pembakaran zat-zat kimia
yang disemprotkan ke udara.
4. transportasi
Di Indonesia, kurang lebih 70% pencemaran udara
disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan
zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap
kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan, seperti timbal/timah hitam
(Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx),
hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox). Kendaraan
bermotor menyumbang hampir 100% timbal, 13-44% suspended particulate matter
(SPM), 71-89% hidrokarbon, 34-73% NOx, dan hampir seluruh karbon monoksida (CO)
ke udara Jakarta. Sumber utama debu berasal dari pembakaran sampah rumah
tangga, di mana mencakup 41% dari sumber debu di Jakarta. Sektor industri
merupakan sumber utama dari sulfur dioksida. Di tempat-tempat padat di Jakarta
konsentrasi timbal bisa 100 kali dari ambang batas.
Pencemaran
udara dari asap knalpot bus kota di Jakarta, 1996.
[TEMPO/ Bodi CH; R1A/473/96; 20010221].
Berikut adalah diagram presentase
sumber pencemaran udara:
Sumber: Anonim, tanpa tahun
Sementara
itu, laju pertambahan kendaraan bermotor di Jakarta mencapai 15% per tahun
sehingga pada tahun 2005 diperkirakan jumlah kendaraan bermotor di Jakarta
mencapai 2,8 juta kendaraan. Seiring dengan laju pertambahan kendaraan
bermotor, maka konsumsi bahan bakar juga akan mengalami peningkatan dan
berujung pada bertambahnya jumlah pencemar yang dilepaskan ke udara (Anonim
2006).
Pencemaran
pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan suatu campuran
dari
satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan, atau zat yang
masuk
terdispersi ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya.
Kecepatan penyebaran ini sudah barang tentu akan
tergantung pada keadaan
geografi dan meteorology setempat (Pohan, tanpa tahun)
Udara bersih yang kita hirup
merupakan gas yang tidak tampak, tidak
berbau, tidak berwarna maupun berasa. Akan tetapi udara
yang benar-banar bersih
sudah sulit diperoleh, terutama dikota-kota besar yang
banyak industrinya dan
padat lalu lintasnya. Udara yang tercemar dapat merusak
lingkungan dan kehidupan manusia.
Terjadinya kerusakan
lingkungan berarti berkurangnya (rusaknya) daya
dukung alam yang selanjutnya akan mengurangi kualitas
hidup manusia.
Sebenarnya secara alamiah, udara/ atmosfer mempunyai
kemampuan
mengatur dan mengendalikan diri terhadap masuknya setiap
zat pencemar ke
dalamnya. Karena secara alami udara / atmosfer mempunyai
keterbatasan dalam
menerima
pencemaran udara, maka kelebihan zat pencemar memungkinkan
terjadinya
dampak negatif terhadap kualitas dan karekteristik udara / atmosfer.
Selanjutnya
akan merubah tingkat laku udara / atmosfer yang memungkinkan
terjadinya perubahan iklim lokal maupun global.
Pencemaran udara dengan asap sisa pembakaran di Jakarta.
Sumber:
Suban, 2007
Ada beberapa
hal yang sangat erat kaitannya dengan pencemaran udara. Hal-hal tersebut
adalah:
- Zat pencemar
udara
- Hujan Asam
- Penipisan
lubang Ozon
- Perubahan iklim
dan pemanasan global
1. Zat Pencemar Udara
Udara di daerah perkotaan yang mempunyai banyak kegiatan
industri dan
teknologi serta
lalu lintas yang padat, udaranya relatif sudah tidak bersih lagi. Udara di
daerah industri kotor terkena bermacam-macam pencemar. Dari beberapa macam
komponen pencemar udara, maka yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran
udara adalah komponen-komponen berikut ini :
1. Karbon
monoksida (CO)
2. Nitrogen
oksida (NOx)
3. Belerang
oksida (SOx)
4. Hidrokarbon
5. Partikulat
a. Emisi
Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida atau CO adalah suatu gas yang tidak
berwarna, tidak
berbau dan juga
tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawa
-129oC.
Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan fosil dengan udara, berupa
gas buangan.
Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak
menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan
dengan daerah pedesaan. Selain itu dari gas CO dapat pula terbentuk dari proses
industri. Secara alamiah gas CO juga dapat terbentuk, walaupun jumlahnya
relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan
lain-lain. Secara
umum terbentuk
gas CO adalah melalui proses berikut ini :
1. Pembakaran
bahan bakar fosil.
2. Pada suhu
tinggi terjadi reaksi antara karbondioksida (CO2) dengan karbon C
yang
menghasilkan gas CO.
3. Pad suhu
tinggi, CO2 dapat terurai kembali menjadi CO dan oksigen.
Penyebaran gas CO di udara tergantung pada keadaan
lingkungan. Untuk
daerah
perkotaan yang banyak kegiatan industrinya dan lalu lintasnya padat,
udaranya sudah
banyak tercemar oleh gas CO. Sedangkan daerah pimggiran kota
atau desa,
cemaran CO di udara relatif sedikit. Ternyata tanah yang masih terbuka
dimana belum
ada bangunan diatasnya, dapat membantu penyerapan gas CO. Hal
ini disebabkan
mikroorganisme yang ada didalam tanah mampu menyerap gas CO
yang terdapat
diudara. Angin dapat mengurangi konsentrasi gas CO pada suatu
tempat karena
perpindahan ke tempat lain.
Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon
monoksida di berbagai perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara
di Jakarta disebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum yang
berbahan bakar solar terutama berasal dari Metromini [5]. Formasi CO merupakan
fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar dalam proses pembakaran di
dalam ruang bakar mesin diesel. Percampuran yang baik antara udara dan bahan
bakar terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang menggunakan Turbocharge
merupakan salah satu strategi untuk meminimalkan emisi CO. Karbon monoksida
yang meningkat di berbagai perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat janin
dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Karena itu strategi
penurunan kadar karbon monoksida akan tergantung pada pengendalian emisi
seperti pengggunaan bahan katalis yang mengubah bahan karbon monoksida menjadi
karbon dioksida dan penggunaan bahan bakar terbarukan yang rendah polusi bagi
kendaraan bermotor
b. Nitrogen Oksida (NOx)
Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx karena oksida
nitrogen
mempunyai 2
bentuk yang sifatnya berbeda, yakni gas NO2 dan gas NOx. Sifat gas
NO2 adalah berwarna dan berbau, sedangakn gas NO tidak berwarna dan
tidak
berbau. Warna
gas NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat
hidung.
Kadar NOx di udara daerah perkotaan yang berpenduduk
padat akan lebih
tinggi dari
daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit. Hal ini disebabkan karena
berbagai macam
kegiatan yang menunjang kehidupan manusia akan menambah
kadar NOx
diudara, seperti transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah
dan lain-lain. Pencemaran gas NOx di udara terutama berasal dari gas buangan
hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listri stasioner atau
mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar gas alami.
Sampai tahun 1999 NOx yang berasal dari alat transportasi
laut di Jepang menyumbangkan 38% dari total emisi NOx (25.000 ton/tahun) [4].
NOx terbentuk atas tiga fungsi yaitu Suhu (T), Waktu Reaksi (t), dan
konsentrasi Oksigen (O2), NOx = f (T, t, O2). Secara teoritis ada 3 teori yang mengemukakan terbentuknya
NOx, yaitu:
- Thermal NOx (Extended Zeldovich
Mechanism)
Proses ini disebabkan gas nitrogen yang beroksidasi pada suhu tinggi pada ruang bakar (>1800 K). Thermal NOx ini didominasi oleh emisi NO (NOx = NO + NO2). - Prompt NOx
Formasi NOx ini akan terbentuk cepat pada zona pembakaran. - Fuel NOx
NOx formasi ini terbentuk karena kandungan N dalam bahan bakar.
Kira-kira 90% dari emisi NOx adalah disebabkan proses
thermal NOx, dan tercatat bahwa dengan penggunaan HFO (Heavy Fuel Oil), bahan
bakar yang biasa digunakan di kapal, menyumbangkan emisi NOx sebesar 20-30%.
Nitrogen oksida yang ada di udara yang dihirup oleh manusia dapat menyebabkan
kerusakan paru-paru. Setelah bereaksi dengan atmosfir zat ini membentuk
partikel-partikel nitrat yang amat halus yang dapat menembus bagian terdalam
paru-paru. Selain itu zat oksida ini jika bereaksi dengan asap bensin yang
tidak terbakar dengan sempurna dan zat hidrokarbon lain akan membentuk ozon
rendah atau smog kabut berawan coklat kemerahan yang menyelimuti sebagian besar
kota di dunia.
3. Belerang Oksida (SOx)
Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx
terdiri atas gas SO2
dan gas SO3
yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan
tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif. Gas
SO3 mudah
bereaksi dengan
uap air yang ada diudara untuk membentuk asam sulfat atau
H2SO4.
Asam sulfat ini sangat reaktif, mudah bereaksi (memakan)
benda-benda lain yang mengakibatkan kerusakan, seperti proses perkaratan
(korosi) dan proses
kimiawi
lainnya.Konsentrasi gas SO2 diudara akan mulai terdeteksi oleh
indera manusia(tercium baunya) manakala kensentrasinya berkisar antara 0,3 – 1
ppm.
Pemakaian batu bara sebagai bahan bakar pada beberapa
kegiatan industri
seperti yang
terjadi di negara Eropa Barat dan Amerika, menyebabkan kadar gas Sox diudara
meningkat. Reaksi antara gas Sox denagn uap air yang terdapat diudara akan
membentuk asam sulfat maupun asam sulfit. Apabila asam sulfat dan asam sulfit
turun ke bumi bersama-sama dengan jatuhnya hujan, terjadilah apa yang dikenal
denagn Acid Rain atau hujan asam . Hujan asam sangat merugikan karena
dapat merusak tanaman maupun kesuburan tanah. Pada beberapa negar
industri,hujan asam sudah banyak menjadi persoalan yang sangat serius karean
sifatnyayang merusak. Hutan yang gundul akibat jatuhnya hujan asam akan
mengakibatkan lingkunagn semakin parah.
Selain tergantung dari pemecahan batu bara yang dipakai
sebagai bahna bakar, penyebaran gas SOx, ke lingkungan juga tergantung dari
keadaan meteorology dan geografi setempat. Kelembaban udara juga mempengaruhi
kecepatan perubahan SOx menjadi asam sulfat maupun asam sulfit yang akan
berkumpul bersama awan yang akhirnya akan jatuh sebagai hujan asam. Hujan asam
inilah yang menyebabkan kerusakan hutan di Eropa (terutama di Jerman) karena
banyakindustri peleburan besi dan baja yang melibatkan pemakaian batu bara
maupun minyak bumi di negeri itu.
Emisi SOx terbentuk dari fungsi
kandungan sulfur dalam bahan bakar, selain itu kandungan sulfur dalam pelumas,
juga menjadi penyebab terbentuknya SOx emisi. Struktur sulfur terbentuk pada
ikatan aromatic dan alkyl. Dalam proses pembakaran sulfur dioxide dan sulfur
trioxide terbentuk dari reaksi:
S + O2 = SO2
SO2 + 1/2 O2 = SO3
Kandungan SO3 dalam SOx sangat kecil sekali yaitu sekitar 1-5%. Gas yang berbau tajam tapi tidak berwarna ini dapat menimbulkan serangan asma, gas ini pun jika bereaksi di atmosfir akan membentuk zat asam. Badan WHO PBB menyatakan bahwa pada tahun 1987 jumlah sulfur dioksida di udara telah mencapai ambang batas yg ditetapkan oleh WHO.
S + O2 = SO2
SO2 + 1/2 O2 = SO3
Kandungan SO3 dalam SOx sangat kecil sekali yaitu sekitar 1-5%. Gas yang berbau tajam tapi tidak berwarna ini dapat menimbulkan serangan asma, gas ini pun jika bereaksi di atmosfir akan membentuk zat asam. Badan WHO PBB menyatakan bahwa pada tahun 1987 jumlah sulfur dioksida di udara telah mencapai ambang batas yg ditetapkan oleh WHO.
d. Emisi HydroCarbon (HC)
Pada mesin, emisi Hidrokarbon (HC) terbentuk dari bermacam-macam sumber. Tidak terbakarnya bahan bakar secara sempurna, tidak terbakarnya minyak pelumas silinder adalah salah satu penyebab munculnya emisi HC. Emisi HC pada bahan bakar HFO yang biasa digunakan pada mesin-mesin diesel besar akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan mesin diesel yang berbahan bakar Diesel Oil (DO). Emisi HC ini berbentuk gas methan (CH4). Jenis emisi ini dapat menyebabkan leukemia dan kanker.
Pada mesin, emisi Hidrokarbon (HC) terbentuk dari bermacam-macam sumber. Tidak terbakarnya bahan bakar secara sempurna, tidak terbakarnya minyak pelumas silinder adalah salah satu penyebab munculnya emisi HC. Emisi HC pada bahan bakar HFO yang biasa digunakan pada mesin-mesin diesel besar akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan mesin diesel yang berbahan bakar Diesel Oil (DO). Emisi HC ini berbentuk gas methan (CH4). Jenis emisi ini dapat menyebabkan leukemia dan kanker.
4. Partikulat
Partikel adalah pencemar udara yang berada bersama-sama
denagn bahan
atau bentuk
pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan secara murni atau sempit
sebagai bahan
pencemar udara yang berbentuk padatan. Namun dalam pengertian
yang lebih
luas, dalam kaitan dengan masalah pencemaraan lingkungan, pencemar
partikel dapat
meliputi berbagai macam bentuk, mulai dari bentuk yang sederhana
sampai dengan
bentuk yang rumit atau kompleks yang kesemuanya merupakan
bentuk
pencemaran udara.
Sumber pencemaran partikel dapat berasal dari peristiwa
alami dan juga
dapat berasal
dari ulah manusia dalam rangka mendapatkan kualitas hidup yang
lebih baik.
Pencemaran partikel yang bersaal dari alam contohnya adalah :
1. Debu tanah /
pasir halus yang terbang terbawa oleh angin kencang.
2. Abu dan
bahan-bahan vulkanik yang terlempar ke udara akibatletusan gunung
berapi.
3. Semburan uap
air panas di sekitar daerah sumber panas bumi di daerah
pegunungan.
Partikel yang berasal dari alam sering kali dianggap
wajar. Kalaupun terjadi gangguan terhadap lingkungan yang mengurangi tingkat
kenyamanan hidup maka hal tersebut dianggap sebagai musibah bencana alam.
Pencemaran partikel yang berasal dari alam yang pernah tercatat sebagai suatu
kejadiaan yang
hebat adalah pencemaran partikel akibat letusan gunung Krakatau
pada tahun
1885. Abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempar akibat letusan
gunung Krakatau, tidak hanya jatuh
disekitar selat Sunda (Jawa Barat dan Lampung) saja, namun sempat melayang
diatmosfer mengelilingi dunia dalam waktu yang cukup lama sebelum akhirnya
jatuh di daratan Eropa. Partikel sebagai pencemar udara mempunyai waktu hidup,
adalah pada saat partikel masih melayang-layang sebagai pemcemar diudara
sebelum jatuh ke bumi.
Waktu hidup partikel berkisar anatra
beberapa detik sampai beberapa bulan.
Sedangkan
kecepatan pengendapannya tergantung pada ukuran partikel, massa
jenis partikel
serta arah dan kecepatan angin yang bertiup. Partikel yang sudah
“mati” karena
jatuh mengendap dibumi, dapat “hidup” kembali apabila tertiup oleh angin
kencang dan melayang-layang lagi diudara. Sumber pencemaran partikel akibat
ulah manusia sebagian besar berasal dari pembakaran batu bara, proses industri,
kebakaran hutan dan gas buangan alat stransportasi.
2. Hujan Asam
Hujan asam merupakan istilah umum untuk
menggambarkan turunnya asam dari atmosfer ke bumi. Sebenarnya turunnya asam
dari atmosfer ke bumi bukan hanya dalam kondisi "basah" tetapi juga
"kering". Sehingga dikenal pula dengan istilah deposisi
(penurunan/pengendapan) basah dan deposisi kering.
Deposisi
basah mengacu pada hujan asam, kabut dan salju. Ketika hujan asam ini mengenai
tanah, ia dapat berdampak buruk bagi tumbuhan dan hewan, tergantung dari
konsentrasi asamnya, kandungan kimia tanah, buffering capacity (kemampuan air
atau tanah untuk menahan perubahan pH), dan jenis tumbuhan/hewan yang terkena.
Deposisi kering mengacu pada gas dan partikel
yang mengandung asam. Sekitar 50% keasaman di atmosfer jatuh kembali ke bumi
melalui deposisi kering. Kemudian angin membawa gas dan partikel asam tersebut
mengenai bangunan, mobil, rumah an pohon. Ketika hujan turun, partikel asam
yang menempel di bangunan atau pohon tersebut akan terbilas, menghasilkan air
permukaan (runoff) yang asam.
Angin dapat membawa material asam pada
deposisi kering dan basah melintasi batas kota dan negara sampai ratusan
kilometer. Menurut para ahli, bahwa SO2 dan NOx merupakan penyebab utama
hujan asam. Hujan asam terjadi ketika gas-gas tersebut di atmosfer bereaksi
dengan air, oksigen, dan berbagai zat kimia yang mengandung asam. Sinar
matahari meningkatkan kecepatan reaksi mereka. Hasilnya adalah larutan Asam
Sulfat dan Asam Nitrat (konsentrasi rendah).
Untuk mengukur keasaman hujan asam digunakan
pH meter. Air murni menunjukkan pH 7,0 air asam memiliki pH kurang dari 7 (dari
0-7), dan air basa menunjukkan ph lebih dari 7 (dari 7-14). Air hujan normal
memang agak asam, pH sekitar 5,6 karena karbon dioksida (CO2) dan air bereaksi
membentuk carbonic acid (asam lemah). Jika air hujan memiliki pH dibawah 5,6
maka dianggap sudah tercemari oleh gas mengandung asam di atmosfer. Hujan
dikatakan hujan asam jika telah memiliki pH dibawah 5,0. Makin rendah pH air
hujan tersebut, makin berat dampaknya bagi mahluk hidup.
3. Penipisan Lubang Ozon
Ozon di lapisan atas (lapisan stratosfer),
terbentuk secara alami, dan melindungi bumi. Namun zat kimia buatan manusia
telah merusak lapisan tersebut, sehingga menimbulkan penipisan lapisan
ozon.
Zat
kimia itu dikenal dengan ODS (ozone-depleting substances), diantaranya
chlorofluorocarbons (CFCs), hydrochlorofluorocarbons (HCFCs), halons, methyl
bromide, carbon tetrachloride, dan methyl chloroform. Zat perusak ozon tersebut
sebagian masih digunakan sebagai bahan pendingin (coolants), foaming agents,
pemadam kebakaran (fire extinguishers), pelarut (solvents), pestisida
(pesticides), dan aerosol propellants.
Kloroflorokarbon atau Chlorofluorocarbon
(CFC) mengandung klorin (chlorine), florin (fluorine) dan karbon (carbon). CFC
ini merupakan aktor utama penipisan lapisan ozon. CFCs sangat stabil di
troposfer. CFCs yang paling umum adalah CFC-11, CFC-12, CFC-113, CFC-114, dan
CFC-115. Potensi merusak ozon dari CFC tersebut secara berurutan adalah 1, 1,
0.8, 1, dan 0.6.
Di
udara, zat ODS tersebut terdegradasi dengan sangat lambat. Bentuk utuh mereka
dapat bertahan sampai bertahun-tahun dan mereka bergerak melampaui troposfer
dan mencapai stratosfer. Di stratosfer, akibat intensitas sinar ultraviolet
matahari, mereka pecah, dan melepaskan molekul chlorine dan bromine, yang dapat
merusak lapisan ozon. Para peneliti memperkirakan satu atom chlorine dapat
merusak 100.000 molekul ozon.
Walaupun saat ini zat kimia perusak lapisan
ozon telah dikurangi atau dihilangkan penggunaannya, namun penggunaannya di
waktu yang lampau masih dapat berdampak pada perusakan lapisan ozon. Penipisan
lapisan ozon dapat diteliti dengan menggunakan satelit pengukuran, terutama di
atas kutub bumi.
Penipisan
lapisan ozon pelindung akan meningkatkan jumlah radiasi matahari ke bumi yang
dapat menyebabkan banyak kasus kanker kulit, katarak, dan pelemahan sistem daya
tahan tubuh. Terkena UV berlebihan juga dapat menyebabkan peningkatan penyakit
melanoma, kanker kulit yang fatal. Menurut US EPA, sejak 1990,
resiko terkena melanoma telah berlipat dua kali.
Ultraviolet
dapat juga merusak tanaman sensitif, seperti kacang kedelai, dan mengurangi
hasil panen. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fitoplankton di laut, yang
merupakan basis rantai makanan di laut, telah mengalami tekanan akibat
ultraviolet. Tekanan ini dapat berdampak pada manusia berupa terpengaruhinya
pasokan makanan dari laut.
Isu penipisan lubang ozon telah dijadikan isu
internasional oleh Badan PBB untuk Lingkungan Hidup, United Nations
Environment Programme (UNEP), sejak tahun 1987. Sebuah protokol konvensi,
dikenal dengan Montreal Protocol, mengajak negara yang telah menandatangani
konvensi tersebut untuk menghapus produksi CFC secara bertahap pada 1 Januari
1996. Jika upaya ini berhasil maka lapisan ozon akan kembali normal pada tahun
2050.
4. Perubahan iklim dan pemanasan global
Dari
definisi pencemaran telah diketahui bahwa yang termasuk pencemaran adalah
terdapatnya suatu zat/molekul atau makhluk hidup dalam jumlah yang berlebih
sehingga merubah fungsi asal lingkungan (udara). Pemanasan global terjadi
akibat jumlah gas-gas tertentu yang berlebih dalam atmosfir. Gas-gas tersebut
antara lain: CO2, CO, NO2, O3, CFC, dan lain
sebagainya. Dalam jumlah normal gas-gas tersebut berfungsi menjaga suhu bumi
pada malam hari agar tidak terlalu dingin dengan mencegah pemantulan kembali
sinar matahari, namun ketika berada dalam jumlah yang berlebih, gas-gas
tersebut menghalangi pemantulan sinar matahari dalam kadar yang banyak sehingga
meningkatkan suhu bumi. Jadi dapat disimpulkan pemanasan global merupakan salah
satu dampak terjadinya pencemaran udara.
D. Dampak
Pencemaran Udara
Berdasarkan studi Bank Dunia tahun 1994, pencemaran udara
merupakan pembunuh kedua bagi anak balita di Jakarta, 14% bagi seluruh kematian balita seluruh
Indonesia dan 6% bagi seluruh angka kematian penduduk Indonesia. Jakarta sendiri
adalah kota dengan kualitas terburuk ketiga di dunia.
Dampak
terhadap kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran udara akan terakumulasi dari
hari ke hari. Pemaparan dalam jangka waktu lama akan berakibat pada berbagai
gangguan kesehatan, seperti bronchitis, emphysema, dan kanker paru-paru. Dampak
kesehatan yang diakibatkan oleh pencemaran udara berbeda-beda antarindividu.
Populasi yang paling rentan adalah kelompok individu berusia lanjut dan balita.
Menurut penelitian di Amerika Serikat, kelompok balita mempunyai kerentanan
enam kali lebih besar dibandingkan orang dewasa. Kelompok balita lebih rentan
karena mereka lebih aktif dan dengan demikian menghirup udara lebih banyak,
sehingga mereka lebih banyak menghirup zat-zat pencemar.
Dampak
dari timbal sendiri sangat mengerikan bagi manusia, utamanya bagi anak-anak. Di
antaranya adalah mempengaruhi fungsi kognitif, kemampuan belajar, memendekkan
tinggi badan, penurunan fungsi pendengaran, mempengaruhi perilaku dan
intelejensia, merusak fungsi organ tubuh, seperti ginjal, sistem syaraf, dan
reproduksi, meningkatkan tekanan darah dan mempengaruhi perkembangan otak.
Dapat pula menimbulkan anemia dan bagi wanita hamil yang terpajan timbal akan
mengenai anak yang disusuinya dan terakumulasi dalam ASI. Diperkirakan nilai
sosial setiap tahun yang harus ditanggung akibat pencemaran timbal ini sebesar
106 juta Dollar USA atau sekitar 850 miliar rupiah.
Pencemaran udara menimbulkan kerugian berantai. Berdasarkan kajian
diatas, masyarakat kota Jakarta harus menanggung kerugian sekitar US$ 180 juta
setiap tahun akibat polusi udara. Biaya tersebut
diprediksikan akan meningkat dua kali lipat dalam 10 tahun mendatang. Kerugian
lainnya adalah kehilangan pendapatan karena warga kota tidak dapat bekerja
karena sakit. Untuk itu sangat penting untuk mengelola udara bersih agar dampak
dari pencemaran udara tersebut diatas dapat di cegah maupun ditanggulangi.
Pencemaran udara diakibatkan oleh emisi kendaraan bermotor di kota-kota besar
seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan dan kota-kota besar lainnya
di Indonesia yang semakin hari semakin meningkat. Jumlah kendaraan bermotor
pada akhir tahun 2006 adalah sekitar 54 juta dimana dengan laju pertumbuhannya
maka diperkirakan pada tahun 2020 diperkirakan mencapai lebih dari 280 juta.
Dengan jumlah tersebut maka sulit dibayangkan dampak pencemaran udara pada
kesehatan pada masyarakat di perkotaan yang akan terjadi. Kondisi pencemaran
udara saat ini juga diperparah dengan terjadinya fenomena pemanasan global yang
diakibatkan oleh penggunaan bahan bakar fosil (minyak bumi dan batubara) yang
semakin meningkat setiap tahunnya. Disamping itu penurunan kualitas udara juga
dialami oleh adanya asap kebakaran hutan yang terjadi pada musim kemarau dimana
telah menimbulkan korban jiwa dan materi yang cukup besar.
Berikut disajikan tabel yang memuat
dampak-dampak terjadinya pencemaran udara. Tabel 1
menjelaskan tentang pengaruh pencemaran udara terhadap makhluk hidup. Rentang
nilai menunjukkan batasan kategori daerah sesuai tingkat kesehatan untuk dihuni
oleh manusia. Karbon monoksida, nitrogen, ozon, sulfur dioksida dan partikulat
matter adalah beberapa parameter polusi udara yang dominan dihasilkan oleh
sumber pencemar. Dari pantauan lain diketahui bahwa dari beberapa kota yang
diketahui masuk dalam kategori tidak sehat berdasarkan ISPU (Indeks Standar
Pencemar Udara) adalah Jakarta (26 titik), Semarang (1 titik), Surabaya (3
titik), Bandung (1 titik), Medan (6 titik), Pontianak (16 titik), Palangkaraya
(4 titik), dan Pekan Baru (14 titik). Satu lokasi di Jakarta yang diketahui
merupakan daerah kategori sangat tidak sehat berdasarkan pantauan lapangan [1].
Tabel 1. Pengaruh
Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)
Kategori
|
Rentang
|
Karbon
monoksida (CO)
|
Nitrogen
(NO2)
|
Ozon
(O3)
|
Sulfur
dioksida (SO2)
|
Partikulat
|
Baik
|
0-50
|
Tidak ada efek
|
Sedikit berbau
|
Luka pada
Beberapa spesies tumbuhan akibat kombinasi dengan SO2 (Selama 4 Jam)
|
Luka pada
Beberapa spesies tumbuhan akibat kombinasi dengan O3 (Selama 4 Jam)
|
Tidak ada efek
|
Sedang
|
51 - 100
|
Perubahan
kimia darah tapi tidak terdeteksi
|
Berbau
|
Luka pada Beberapa spesies
tumbuhan
|
Luka pada Beberapa spesies
tumbuhan
|
Terjadi
penurunan pada jarak pandang
|
Tidak Sehat
|
101 - 199
|
Peningkatan
pada kardiovaskular pada perokok yang sakit jantung
|
Bau dan
kehilangan warna. Peningkatan reaktivitas pembuluh tenggorokan pada penderita
asma
|
Penurunan
kemampuan pada atlit yang berlatih keras
|
Bau, Meningkatnya kerusakan
tanaman
|
Jarak pandang
turun dan terjadi pengotoran debu di mana-mana
|
Sangat Tidak Sehat
|
200-299
|
Meningkatnya kardiovaskular pada
orang bukan perokok yang berpenyakit Jantung, dan akan tampak beberapa
kelemahan yang terlihat secara nyata
|
Meningkatnya
sensitivitas pasien yang berpenyakit asma dan bronchitis
|
Olah raga
ringan mengakibatkan pengaruh parnafasan pada pasien yang berpenyaklt
paru-paru kronis
|
Meningkatnya sensitivitas pada
pasien berpenyakit asma dan bronchitis
|
Meningkatnya sensitivitas pada
pasien berpenyakit asma dan bronchitis
|
Berbahaya
|
300 - lebih
|
Tingkat yang berbahaya bagi semua
populasi yang terpapar
|
Sumber: Bapedal [1]
Tabel 2. Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang
Pencemar
|
Sumber
|
Keterangan
|
Karbon monoksida (CO)
|
Buangan
kendaraan bermotor; beberapa proses industri
|
Standar
kesehatan: 10 mg/m3 (9 ppm)
|
Sulfur dioksida (S02)
|
Panas dan
fasilitas pembangkit listrik
|
Standar
kesehatan: 80 ug/m3 (0.03 ppm)
|
Partikulat Matter
|
Buangan
kendaraan bermotor; beberapa proses industri
|
Standar kesehatan: 50 ug/m3 selama
1 tahun; 150 ug/m3
|
Nitrogen dioksida (N02)
|
Buangan
kendaraan bermotor; panas dan fasilitas
|
Standar
kesehatan: 100 pg/m3 (0.05 ppm) selama 1 jam
|
Ozon (03)
|
Terbentuk di atmosfir
|
Standar
kesehatan: 235 ug/m3 (0.12 ppm) selama 1 jam
|
Sumber: Bapedal
[2]
Tabel tersebut memperlihatkan sumber emisi dan standar
kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah melalui keputusan Bapedal. BPLHD
Propinsi DKI Jakarta pun mencatat bahwa adanya penurunan yang signifikan jumlah
hari dalam kategori baik untuk dihirup dari tahun ke tahun sangat
mengkhawatirkan. Dimana pada tahun 2000 kategori udara yang baik sekitar 32%
(117 hari dalam satu tahun) dan di tahun 2003 turun menjadi hanya 6.85% (25
hari dalam satu tahun) [3]. Hal ini menandakan Indonesia sudah seharusnya
memperketat peraturan tentang pengurangan emisi baik sektor industri maupun
sektor transportasi darat/laut. Selain itu tentunya penemuan-penemuan teknologi
baru pengurangan emisi dilanjutkan dengan pengaplikasiannya di masyarakat
menjadi suatu prioritas utama bagi pengendalian polusi udara di Indonesia.
E. Usaha Penangulangan Dampak Pencemaran Udara
Karena pencemaran lingkungan mempunyai dampak yang sangat
luas
dan sangat
merugikan manusia maka perlu diusahakan pengurangan pencemaran
lingkungan atau
bila mungkin meniadakannya sama sekali. Usaha untuk mengurangi dan
menanggulangi pencemaran tersebut ada 2 macam cara utama , yakni :
1. Penanggulangan Secara Non-teknis
Dalam usaha mengurangi dan menanggulangi pencemaran
istilah penanggulangan secara non-teknis, adalah suatu usaha untuk mengurangi
dan
menanggulangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan
perundangan
yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam
bentuk kegiatan
industri dan teknologi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
pencemaran
lingkungan.
Peraturan perundangan yang dimaksudkan hendaknya dapat
memberikan
gambaran secara
jelas tentang kegiatan industri dan teknologi yang akan
dilaksanakan
disuatu tempat yang antara lain meliputi :
- Penyajian
Informasi Lingkungan (PIL)
- Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
- Perencanaan
Kawasan Kegiatan Industri dan Teknologi
- Pengaturan
dan Pengawasan Kegiatan
- Menanamkan
Perilaku Disiplin
2. Penanggulangan Secara Teknis
Apabila berdasarkan kajian Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) ternyata bisa diduga bahwa mungkin akan timbul pencemaran
lingkungan, maka langkah berikutnya adalah memikirkan penanggulangan secara
teknis. Banyak macam dan cara yang dapat ditempuh dalam penanggulangan secara
teknis. Adapun kriteria yang digunakan dalam penanggulangan secara teknis
tergantung pada faktor berikut:
- Mengutamakan
keselamatan lingkungan
- Teknologinya
telah dikuasai dengan baik
- Secara teknis
dan ekonomis dapat dipertanggung-jawakan
Berdasarkan
kriteria tersebut diatas diperoleh beberapa cara dalam hal penanggulangan
secara teknis, antara lain adalah sebagai berikut :
- Mengubah
proses
- Menggantikan
sumber energi
- Mengelola
limbah
- Menambah alat
bantu
Keempat macam
penanggulangan secara teknis tersebut diatas dapat berdiri
sendiri-sendiri,
atau bila dipandang perlu dapat pula dilakukan secara bersam-sama, tergantung
kepada kajian dan kenyataan yang sebenarnya.
Jadi secara
garis besar,pencemaran udara dapat ditanggulangi dengan cara
sebagai berikut
:
- Untuk
mengurangi pencemaran udara dari gas CO, para ahli motor dan industri
merancang
katalis yang disebut Catalytik Converter yang digunakan pada
cerobong asap (knalpot), yang
berfungsi mengubah CO dan NO menjadi gas
yang tidak beracun.
- Mengurangi
Konsentrasi CO2 diatmosfer, berdasarkan siklus CO2 dan O2, maka
diperlukan pelaksanaan pengelolahan hutan dengan system
tebang tanam,
memperluas hutan konservasi, penghijauan pegunungan
gundul, gerakan
menanam pohon belakang rumah dan memperbanyak taman kota.
- Menggunakan
bahan bakar anti polusi, misalnya kendaraan dengan tenaga listrik
dari surya atau
bahan bakar dari jenis alkohol.
Selain usaha-usaha yang telah
diuraikan diatas, masih terdapat banyak usaha alternatif yang dapat dilakukan
untuk mengurangi dampak pencemaran udara. Beberapa usaha yang terkait dengan
kendaraan bermotor yang memberikan kontribusi sangat besar dalam pencemaran
udara yaitu antara lain:
Larangan Masuk.
Pada tahun 1977
Buenos Aires melarang kendaraan pribadi memasuki jalan-jalan pusat keramaian
kota dari pukul 10 pagi sampai 7 malam pada hari-hari kerja. Bus dan taksi
diperbolehkan hanya pada beberapa jalan tertentu. Larangan ini mengatasi
kepadatan lalu lintas dan pencemaran udara yang disebabkan oleh satu juta orang
yang memadati pusat kota Buenos Aires setiap hari kerja.
Pada awalnya barikade polisi digunakan untuk melaksanakan
larangan ini, saat ini rambu-rambu kecil yang menjelaskan kebijaksanaan ini
sudah memadai.
Larangan bagi
mobil secara sebagian atau total sudah pula diberlakukan di sebagian besar kota
besar Italia, termasuk Roma, Florensia, Napoli, Bologna, dan Genoa dan di
kota-kota kecil. Dari pukul 7.30 pagi sampai 7.30 malam, hanya bus, taksi,
kendaraan pengirim barang, dan mobil-mobil pemilik rumah di daerah itu yang
boleh memasuki daerah pusat Roma dan Florensia. Larangan serupa juga
diberlakukan di Athena, Amsterdam, Barcelona, Budapest, Kota Mekiko, dan
Munich. Dalam waktu sepuluh tahun mendatang Bordeaux, Prancis, berniat
menghapus kendaraan bermotor dari separo jalan-jalan di kota ini, dan
memberikan jalan-jalan itu pada para pejalan kaki dan pengendara sepeda.
Larangan Parkir.
Larangan parkir membatasi jumlah mobil yang boleh parkir
di suatu daerah, tapi tidak berpengaruh apapun pada jumlah mobil yang boleh
lewat. Salah satu cara untuk mengatasi masalah yang diakibatkan oleh
berlimpahnya kendaraan adalah sama sekali melarang semua kendaraan memasuki
pusat-pusat kota. "Zona bebas mobil", sebagai suatu cara untuk
mengurangi pencemaran udara, menggalakkan pariwisata, dan meningkatkan kualitas
kehidupan, akhir-akhir ini semakin populer di Eropa. Pengalaman yang terjadi di
AS lebih terbatas; zona pembatasan mobil biasanya hanya berlaku pada daerah
pariwisata atau pertokoan kecil, dan hanya berdampak kecil pada pola
transportasi kota secara keseluruhan.
"Sel" Lalu Lintas.
Gothenburg, Swedia, membagi pusat kotanya menjadi lima
sektor berbentuk "pastel" pada 1970 sebagai suatu cara untuk
membatasi lalu lintas yang lewat dan menggalakkan transportasi umum. Kendaraan
darurat, angkutan lokal masal, sepeda dan moped dapat melintas dari satu zona
ke zona lain, tapi mobil tidak dapat. Berkurangnya kepadatan di pusat kota
Gothenburg telah menimbulkan layanan transit yang lebih baik dan tingkat
kecelakaan yang lebih rendah. Pendekatan yang disebut "sel lalu
lintas" ini, yang berasal dari Bremen, Jerman, juga digunakan di
Groningen, Belanda, dan Besancon, Prancis.
Hari Tanpa Mengemudi.
Pada akhir 1991, Roma, Milano, Napoli, Turino, dan tujuh
kota lain di Italia mencanangkan "perang" terhadap pencemaran dengan
cara membatasi jumlah mobil di jalan. Dalam peraturan ini, mobil berplat nomor
ganjil dilarang berjalan di satu hari, sedang mobil berplat nomor genap
dilarang berjalan hari berikutnya. Banyak pengemudi yang merasa jengkel dengan
adanya kekangan dan larangan atas hak mereka untuk mengemudi, lalu mengabaikan
aturan genap-ganjil ini. Dalam satu hari saja di bulan Desember,
para polisi lalu lintas mencatat 12. 983 pelanggaran, menilang para pelanggar
aturan yang mengemudi di hari yang salah, atau yang mengubah plat nomor
kendaraan mereka. Namun demikian, dengan penggalakan peraturan secara keras,
menteri lingkungan hidup Italia yakin larangan mengemudi berseling hari itu
dapat mengurangi polusi sebesar 20 sampai 30 persen.
Pemerintah kota Los Angeles, California, telah mempunyai
peraturan yang mirip dengan yang di Italia. Malahan telah pula disusun suatu
rencana kontroversial untuk membantu memenuhi standar Undang-undang Udara
Bersih yang baru. Mulai tahun 2000, "hari-hari tanpa mengemudi" akan
diberlakukan di Los Angeles sebagai jalan keluar terakhir untuk menurunkan
kadar ozon dan karbon monoksida. Jika rencana ini dijalankan, maka setiap
pengemudi harus meninggalkan kendaraan mereka di rumah satu hari setiap minggu,
bergantung pada plat nomor kendaraan mereka.
Bersepeda.
Sebagai bentuk
transportasi yang paling lazim di dunia, bersepeda kini mulai "naik
daun", sejalan dengan usaha pemerintah beberapa negara untuk menggalakkan
bersepeda melalui program khusus. Jumlah sepeda di planet ini lebih dari 800
juta, hampir dua kali jumlah kendaraan umum, tetapi untuk lebih menggalakkan
kegiatan bersepeda, negara-negara seperti Belanda, Denmark, Belgia, dan Jerman
mengembangkan jaringan jalan untuk sepeda, masing-masing dengan hak guna jalan
yang terpisah dari jalan mobil. Tempat parkir yang terpisah, persewaan sepeda
dengan uang jaminan yang akan dikembalikan, bahkan garasi khusus sepeda,
semuanya diusahakan untuk lebih menggalakkan kegiatan bersepeda. Program
semacam itu mempunyai dampak amat besar terhadap cara orang melihat pilihan
yang mereka miliki untuk sarana transportasi. Misalnya, kegiatan bersepeda di Erlangen,
Jerman, meningkat dua kali lipat setelah jalan sepeda sepanjang 160 km selesai
dibangun. Banyak kota di Cina memiliki jalan sepeda selebar lima atau enam
jalur. Sesungguhnyalah, sepeda amat penting di Cina, dan pemantauan lalu lintas
di kota Tianjin telah mendata lebih dari 50.000 sepeda melintas di satu
persimpangan jalan dalam waktu satu jam.
Jam Kerja Lentur.
Selama Olimpiade Musim Panas tahun 1984, Los Angeles
menggilir jam kerja, dan dengan demikian menurunkan pencemaran udara ke titik
terendah selama beberapa waktu terakhir ini. Sekarang banyak kota mencari jalan
untuk menghambat pencemaran udara dengan cara memulai jam kerja atau sekolah
satu atau dua jam lebih awal, atau dengan mengakhirinya lebih awal, dan dengan
demikian mengurangi kepadatan lalu lintas. Kota-kota lain
mengusulkan empat hari kerja seminggu sebagai cara lain mengurangi kemacetan
lalu lintas. Misalnya di kantor PU Los Angeles para karyawan bekerja 10 jam
sehari dari Senin sampai Kamis. Pada hari Jumat seluruh gedung ditutup, dan hal
ini tidak saja mengurangi asap kabut dan kemacetan, tapi juga menghemat biaya
operasi 1,7 juta dollar AS setahun.
Kerja Jarak Jauh (Telecommuting).
Suatu strategi
lain, yaitu cara "kerja jarak jauh", atau mengizinkan karyawan
bekerja di rumah dengan menggunakan telepon dan komputer, akan mengurangi biaya
tambahan kantor dan sekaligus menghemat waktu dan uang para karyawan. Para
pegawai di Los Angeles berharap akan mengurangi 3 juta perjalanan ke tempat
kerja dengan adanya program kerja di rumah dan kerja jarak jauh. Pusat
Penelitian Masa Depan meramalkan bahwa lima juta orang Amerika memiliki
pekerjaan yang berhubungan dengan komputer dan dapat dikerjakan di rumah
menjelang tahun 1993. Dan dari suatu studi yang dilakukan oleh Asosiasi
Pemerintahan California Selatan ditemukan bahwa jika satu dari delapan karyawan
memilih untuk bekerja di rumah, atau di stasiun kerja "satelit" yang
dihubungkan secara elektronis dengan kantor pusat, maka kemacetan lalu lintas
di jalan-jalan raya daerah tersebut dapat dikurangi hampir sepertiganya.
Pemeriksaan dan Pemeliharaan.
Program pemeriksaan dan pemeliharaan kendaraan yang
dilaksanakan secara keras untuk memastikan kepatuhan masyarakat merupakan suatu
pelengkap yang penting dalam penetapan standar emisi. Pengotak-atikan dan
pemeliharaan yang buruk dapat dengan cepat membuat pengendalian emisi menjadi
tidak efektif. Usia juga cenderung menurunkan kinerja perangkat polusi. Karena
itu program untuk menghapus kendaraan tua dari jalan dengan menawarkan suatu
imbalan mungkin dapat sangat mengurangi emisi kendaraan.
Pembangkit Tenaga Listrik
Pusat pembangkit tenaga listrik sudah lama dianggap mahal
dan sulit dikendalikan oleh banyak negara, dan kini semakin sering menjadi
sasaran bagi teknologi dan praktek-praktek baru, dan dengan alasan yang baik
pula: Karena di samping kendaraan bermotor, fasilitas ini merupakan sumber
terbesar pencemaran udara. Di AS misalnya, pembangkit tenaga listrik
mengeluarkan hampir dua pertiga dari seluruh sulfur dioksida, dan hampir sepertiga
dari seluruh oksida nitrogen. Walaupun ada data tentang polutan-polutan lain,
namun data itu hampir pasti juga berlaku bagi emisi-emisi lain, terutama
partikulat dan logam berat, dan secara tidak langsung ozon. Penggunaan listrik
mungkin sekali akan terus meningkat secara global, karena permintaan akan
listrik meningkat sebanyak 10 persen tiap tahun di beberapa negara, dan itu
berarti suatu penggandaan konsumsi setiap kira-kira tujuh tahun.
Dampak dari polusi sebanyak itu sulit diketahui karena
banyak pembangkit tenaga listrik kini membuat "tall stacks" cerobong
asap yang bisa mencapai tinggi 396 meter dengan maksud menebarkan pencemarannya
seluas ratusan kilometer persegi. Hasilnya adalah penurunan mutu udara yang
meluas dan sulit diukur di suatu daerah yang luas, dan itu mempersulit
penyusunan hubungan sebab-akibat antara pencemaran udara dan penyakit manusia.
Akan tetapi, studi besar-besaran yang dibiayai pemerintah (antara lain satu
studi di AS memakan biaya 600 juta dollar selama 10 tahun) telah dengan jelas
menghubungkan polusi pembangkit tenaga dengan kerusakan lingkungan yang meluas
sungai-sungai dan danau-danau asam, selain hutan-hutan yang hampir mati,
misalnya. Studi kesehatan baru-baru ini, yang juga mengambil data dari populasi
yang luas, telah mulai menarik hubungan antara pencemaran udara dan kematian
manusia yang mulai menunjukkan bahwa di AS saja pencemaran zat-zat partikulat
menyebabkan lebih dari 50.000 orang meninggal tiap tahun.
Jadi pemerintah
beberapa negara pada 1990-an mulai memusatkan perhatian pada pusat pembangkit
tenaga listrik sebagai sumber pencemaran udara yang relatif mudah dikendalikan,
sebagaimana pandangan pemerintah pada 1970 dan 1980-an terhadap kendaraan
bermotor.
Seperti halnya dengan mobil, truk dan bus, cara untuk mengendalikan
pencemaran udara dari sumber pembangkit tenaga berkisar dari bahan bakar baru
batubara yang lebih rendah kadar sulfurnya, misalnya sampai teknologi seperti
"penggosok" cerobong asap, yang mengurangi emisi sulfur dioksida
penyebab utama hujan asam sampai 90 persen atau lebih. Sekali lagi, sebagaimana
teknologi baru menjanjikan eliminasi pencemaran kendaraan bermotor, sistem lain
dapat membuahkan hasil yang sama dari pembangkit tenaga listrik: turbin angin,
misalnya, dapat menghasilkan tenaga dengan biaya yang sama dengan batubara
bahan bakar fosil yang paling murah dan paling kotor tetapi tanpa pencemaran
udara sama sekali.
Potensi untuk mengurangi pencemaran udara dengan
memasangkan alat pengendali pencemaran suatu pendekatan analog dengan penggunaan
alat pengubah berkatalis pada mobil dapat dilihat dari sukses besar yang
terjadi di Jerman. Di negara itu, pada 1980 dan 1981 masyarakat dikejutkan oleh
"Waldsterben" atau kematian hutan. Karena merasakan adanya hubungan
yang hampir mistis dengan hutannya, mulai dari Hutan Hitam sampai hutan-hutan
Linden yang indah di Berlin, dan karena keyakinan bahwa pencemaran udara akan
memusnahkan hutan-hutan tersebut, maka pemerintah Jerman memerintahkan
pengelola pembangkit tenaga listrik untuk mengurangi emisi sampai 90 persen
atau lebih dalam jangka waktu enam tahun. Program ini menelan biaya sekitar 21
miliar Deutschmark (12, 6 miliar dolar AS), tetapi mencapai hasil yang
diharapkan, yaitu mengurangi emisi sulfur dioksida secara nasional sampai
setengahnya.
Dalam proses ini, Jerman menjadi pelopor dunia dalam
pembuatan sistem penggosok dan pengurangan katalis selektif ("selective
catalyc reduction/SCR"), yang dapat mengurangi 90 persen atau lebih
nitrogen oksida yang menyebabkan asap kabut dan hujan asam. Pusat-pusat
pembangkit tenaga listrik di Jerman telah ditingkatkan, dan efisiensinya
meningkat sampai 12 persen. Di seluruh dunia, sistem penggosok telah dipasang
atau sedang dibuat di sumber-sumber pembangkit tenaga, dengan menghasilkan daya
listrik sebesar kurang lebih 104.500 megawatt, menurut Badan Energi
Internasional.
Teknologi Baru
Sejumlah teknologi yang lebih ba baru menjanjikan
pengurangan emisi cukup besar bila dibandingkan dengan sistem-sistem yang ada
saat ini. Dengan beroperasi menggunakan zat hidrogen, beberapa temuan mutakhir
ini bahkan dapat mencapai tingkat emisi nol, atau sangat mendekati nol, sampai
selisihnya tak dapat diukur dengan piranti yang ada sekarang.
Bahkan bila dioperasikan dengan bahan bakar fosilpun,
seperti gas alam, temuan-temuan itu masih mampu mencapai tingkat emisi nol
untuk polutan-polutan tertentu, dan mendekati nol untuk beberapa jenis polutan
lain.
Teknologi sumber daya stasioner ini meliputi: turbin
putar gabungan ("combined-cycle turbines"). Turbin putaran gabungan
yang dihidupkan dengan pembakaran gas ("gas-fired combined-cycle
turbines") dapat membangkitkan tenaga listrik yang mengurangi pencemaran
udara sebesar 50 sampai 99 persen bila dibandingkan dengan sumber-sumber
pembangkit tenaga yang membakar batubara. (Dalam sistem putaran gabungan, bahan
bakar digunakan untuk menjalankan dua turbin, satu mendapat daya dari gas
pembakaran panas, lainnya dari uap suatu konsep yang serupa dengan penggunaan
bensin untuk menghidupkan mesin mobil Anda, lalu menggunakan asap knalpotnya
untuk menghidupkan mesin lain). Karena berbahan bakar gas alam, maka
sistem ini tidak menghasilkan emisi sulfur dioksida atau benda partikulat. Jika
sistem ini dilengkapi dengan sistem pengendali pencemaran SCR yang canggih itu,
maka emisi oksida nitrogen hanya sepersepuluhnya (atau kurang) dari emisi
pembangkit tenaga yang lain.
Turbin Derivatif Pesawat Udara.
Sistem putaran gabungan seperti di atas dapat memakan
waktu bertahun-tahun untuk membuatnya, dan memakan biaya ratusan juta dollar.
Untungnya, ada sistem lain yang lebih kecil dan lebih murah, yang dikenal
dengan nama turbin derivatif udara karena turbin itu didasarkan pada mesin jet
yang digunakan pada pesawat Boeing 747 dan pesawat-pesawat modern lain. Sumber
pembangkit tenaga yang menggunakan turbin derivatif pesawat udara dapat
dibangun dengan biaya lebih kecil, dan dalam waktu bulanan, tidak sampai
bertahun-tahun. Lebih baik lagi, turbin-turbin itu secara teoretis dapat
mengurangi pencemaran udara bahkan karbon dioksida yang sulit dikurangi sampai
20-90 persen lagi.
Sel Bahan Bakar.
Walaupun sel-sel bahan bakar (yaitu perangkat untuk
mengubah bahan bakar menjadi listrik secara kimiawi, mirip baterai) baru saja
memasuki pasaran, namun model-model mutakhirnya dapat mencapai efisiensi
sekitar 40 persen lebih dari dua kali lipat tingkat efisiensi mesin mobil
rata-rata, dan jauh lebih tinggi daripada pembangkit tenaga listrik
konvensional. Sekali lagi, karena sel-sel itu beroperasi dengan menggunakan gas
alam atau bahan bakar yang bersih lainnya, maka emisi sulfur dioksida dan
benda-benda partikulatnya nol. Lebih jauh sel-sel bahan bakar ini sangat
ringkas beberapa di antaranya tidak lebih besar daripada mesin foto kopi
selebar meja dan boleh dikatakan tak bersuara, sehingga sel-sel ini dapat
dibangun di tengah-tengah perkantoran, pabrik, bahkan rumah.
Baik turbin derivatif pesawat udara maupun sel bahan
bakar dapat diperluas kegunaannya dalam penggunaan gabungan panas dan tenaga
sehingga energi tidak terbuang sia-sia, melainkan dapat digunakan untuk
menghangatkan atau mendinginkan ruangan, atau membangkitkan tenaga uap untuk
pengoperasian proses industri. Efisiensi total meningkat sampai 80 atau bahkan
90 persen, hampir tiga kali tingkat efisiensi saat ini, dan dengan demikian
pencemaran pun menurun.
Sistem-sistem baru ini kini dipasarkan oleh
perusahaan-perusahaan terbesar dan paling canggih di dunia. Turbin putaran
gabungan, misalnya, ditawarkan oleh General Electric dan Siemens. Pembangkit
tenaga yang menggunakan sistem putaran gabungan ini bersama dengan cara-cara
baru mengubah batubara menjadi gas, dan dengan demikian menghilangkan sebagian
besar pencemaran, antara lain adalah Asea Brown, Boveri, Shell, Lurgi, dan
Texaco. Pembuat sel bahan bakar atau peralatan yang terkait misalnya adalah
United Technologies, Fuji Electric, Westinghouse, Siemens dan Toshiba.
Turbin angin
dengan tingkat pencemaran nol yang membangkitkan tenaga listrik dengan biaya
sama atau kurang daripada batubara dapat dibeli dari US Windpower dari
Livermore, California, sedangkan sel tenaga matahari dijual oleh lebih dari
selusin perusahaan, termasuk antara lain Siemens Solar, Accurex, Solarex, dan
Texas Instruments.
Banyak negara kini memerintahkan atau menggalakkan
penyebaran temuan teknologi ini untuk mengurangi pencemaran udara. Belgia dan
Inggris telah menggunakan turbin angin, sedangkan Jerman dan Jepang tengah
mengembangkan fotovoltaik tenaga matahari. Gedung pembangkit tenaga yang
menggunakan sistem putaran gabungan lanjut bersamaan dengan sistem SCR kini
tengah dibangun di Jepang dan AS, sedangkan sel bahan bakar pra-komersial
digunakan di California, Jepang, Jerman, dan Belanda. Sementara itu minat untuk
mengurangi pencemaran melalui pendekatan yang berbeda mencegah pencemaran
melalui berbagai cara juga semakin meningkat.
Pencegahan Pencemaran
Pakar ekonomi AS, Robert Hamrin, menyebut pencegahan
pencemaran sebagai "daya paling penting untuk membuat industri America
mempertimbangkan kembali dan mengubah proses produksi dan manajemen".
Sejak pertengahan 1990 hampir dua dari tiga perusahaan mengatakan mereka telah
mencanangkan tindakan-tindakan lingkungan yang penting. Perusahaan 3M,
misalnya, telah menghemat 530 juta dollar AS sejak 1975, ketika perusahaan itu
mulai menerapkan program "3P" (Pollution Prevention Pays) yang
artinya "mencegah pencemaran itu menguntungkan". Perusahaan
bahan kimia itu telah mencegah lebih dari 575.000 ton pencemaran. Dari kasus
suatu perusahaan, semboyan "pencegahan pencemaran menjadi gaya
hidup", sangat meningkatkan keuntungan dan daya persaingan perusahaan
tersebut.
Di salah satu pabrik farmasi 3M di California,
penggantian pelapis tablet berbahan dasar pelarut menjadi berbahan dasar air
telah menghemat 120.000 dollar AS setahun, dan sekaligus juga mengurangi
pencemaran udara. Di pabrik Du Pont di Beaumont, Texas, misalnya, suatu program
pencegahan pencemaran mengurangi emisi udara kurang lebih 27 juta kilo setahun,
sekaligus menghemat hampir 1 juta dollar AS biaya produksi tahunan. Kira-kira
1.200 perusahaan di AS secara sukarela menyatakan akan mengurangi hampir 160
juta kilo dari 17 jenis zat kimia terpenting.
Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) membuktikan bahwa
banyak perusahaan layanan masyarakat di AS adalah mitra yang antusias dalam
program-program untuk mengurangi pencemaran dengan cara menekan permintaan
listrik. Karena biaya pembangunan (konstruksi) dan modal terus melonjak,
perusahaan layanan masyarakat itu menjadi semakin tertekan untuk memenuhi
permintaan listrik yang terus meningkat melalui konservasi, yang biasanya
disebut "pengelolaan sisi permintaan" ("demand-side
management/DSM"). Dari perspektif lingkungan, DSM hanya merupakan cara
lain untuk menghentikan pencemaran dengan cara mencegahnya sejak awal. Tetapi
bagi perusahaan-perusahaan layanan masyarakat tersebut dan para pelanggan
mereka, DSM sangat populer karena tampaknya semua pihak menang.
Suatu kasus yang penting adalah pabrik General Foods di
Framingham, Massachusetts, yang memproduksi kurang lebih 76 juta liter es krim
setiap tahun. Sebagai konsumen listrik Boston-Edison urutan ke-55 terbesar,
ukuran, usia, dan ketakefektifan pabrik tersebut membuatnya menjadi sasaran utama
program "Kemitraan Efisiensi Energi" dari perusahaan layanan
masyarakat. Dalam program itu, Edison membantu perusahaan memperbaiki dan
memodernisasi perangkat peralatan, dan dengan demikian mengurangi konsumsi
energi mereka. Karena hukum negara bagian mengizinkan perusahaan Edison untuk
meminta ganti pembayaran program seperti itu ditambah keuntungan (dengan
sedikit kenaikan harga), maka perusahaan layanan masyarakat itu dapat menarik
keuntungan dari daya listrik yang tidak terjual yang disebut dengan "negawatt".
Edison juga
membantu perusahaan Kraft untuk mengembangkan suatu program modernisasi yang
komprehensif, mencakup perangkat pendingin tanpa freon, motor yang sangat
efisien untuk perangkat pasteurisasi dan homogenisasi, serta suatu sistem
pencahayaan dengan bola lampu hemat energi dan kendali pencahayaan.
Perangkat-perangkat ini mengurangi konsumsi energi sepertiganya, dan dengan
potongan harga Edison, perusahaan tersebut membayar program modernisasi seharga
3,6 juta dollar AS itu dalam waktu 2 tahun. Ini merupakan suatu kasus di mana
semua pihak menang. Tindakan penghematan energi ini dapat memperoleh kembali
seluruh modalnya dalam dua tahun, dan setelah itu mulai "mencetak"
uang bagi Kraft. Boston-Edison juga menghemat uang karena mereka dapat menghindari
dibangunnya suatu pabrik pembangkit tenaga yang baru dan mahal. Lingkungan juga
diuntungkan karena pencemaran udara dan air secara besar-besaran dapat dicegah.
Kisah-kisah seperti ini terus dikumandangkan di AS, dan bukan hanya mengenai
layanan kelistrikan, tetapi jauh melebihi itu.
Sistem Berdasarkan Pasar
Akhir-akhir ini, usaha pencegahan pencemaran berfokus
pada sasaran seluruh segmen ekonomi AS, dengan nama-nama yang semarak, seperti
"Golden Carrot" dan "Green Light". Semuanya itu menuntut kecerdasan
orang Amerika untuk menciptakan produk yang lebih bersih, lebih baik, lebih
cepat, dan lebih murah dan juga mengurangi pencemaran udara dalam proses
pembuatannya. "Green Light" diluncurkan oleh Badan Perlindungan
Lingkungan AS di tahun 1991 untuk mengurangi pencemaran dengan cara menghemat
energi untuk penerangan. Perusahaan patungan, perusahaan layanan masyarakat,
dan mitra kerja Pemerintah bersama-sama menandatangani kontrak dengan EPA di
mana mereka sepakat untuk memperbarui dan memperbaiki 90 persen dari penerangan
mereka dalam kurun waktu lima tahun setelah penandatanganan kontrak. Karena
penerangan memakan kurang lebih satu dari lima kilowatt listrik yang dikonsumsi
di AS, penurunan sedikit saja mampu mengurangi sejumlah besar pencemaran udara
dan air.
Dalam waktu kurang dari dua tahun, EPA telah menghimpun
lebih dari 650 partisipan, termasuk banyak perusahaan AS terbesar, mewakili
hampir 279 juta meter persegi ruang kantor sekitar 3 persen dari jumlah ruang
kantor secara nasional. Para partisipan diharapkan mengurangi penggunaan
listrik mereka sebesar 12 miliar kilowatt jam per tahun, dan dengan demikian
menghemat 870 juta dollar AS. Perusahaan Gilette, misalnya, memasang
perlengkapan baru pada 4.650 meter persegi fasilitasnya di California, dan
menghemat 61 persen dari tagihan energinya. EPA memperkirakan bahwa menjelang
tahun 2000, setidaknya 4,65 miliar meter persegi ruang fasilitas AS akan
diperuntukkan bagi program pencahayaan yang hemat energi, menghindari emisi
jutaan karbon dioksida, sulfur dioksida, dan oksida nitrogen.
Keberhasilan Green Lights telah menyebabkan timbulnya
program-program "berdasarkan pasar" yang lain. Salah satunya adalah
"Energy Star Computer", yang berusaha menciptakan pasar bagi komputer
yang daya listriknya secara otomatis akan "melemah" jika komputer
tidak digunakan; suatu teknologi yang awalnya digunakan untuk komputer laptop.
Temuan teknologi ini boleh dikatakan tak menambah harga komputer ini, tetapi
dapat menghemat konsumsi listrik sebesar 80 persen. Karena komputer
saat ini menggunakan kurang lebih lima persen dari penggunaan listrik
komersial, maka pengurangan ini bukanlah prestasi kecil. Program Energy Star
telah terbukti begitu populer sehingga mungkin akan menjadi standar industri de
facto.
Barangkali program
berdasarkan pasar yang paling imajinatif adalah "Golden Carrot".
Dalam program ini sejumlah perusahaan layanan masyarakat dan pemerintah
mengumpulkan dana untuk menawarkan hadiah sebesar 30 juta dollar AS kepada
perusahaan yang dapat memproduksi massal lemari es rumah tangga yang bebas CFC
dan superefisien. Karena lemari es mengkonsumsi 20 persen dari seluruh daya
listrik AS, dan mencapai sepertiga penggunaan listrik di rumah tangga,
penghematan yang dapat dicapai dengan produk ini amat besar.
Perusahaan
Whirlpool memenangkan kompetisi ini, dan kini perhatian mulai dialihkan pada
penerapan pendekatan ini terhadap pompa air, mesin cuci, dan produk-produk lain
yang padat energi.
PENUTUP
Kesimpulan
- Pencemaran udara dapat didefinisikan sebagai ”masuknya atau terdapatnya zat-zat, makhluk hidup atau komponen-komponen lain kedalam udara sehingga menyebabkan perubahan dan penurunan kualitas udara sampai pada tingkat tertentu yang menyebabkan udara tidak lagi dapat berfungsi sebagaimana mestinya”.
- Dari beberapa kota-kota besar yang ada di Indonesia, enam di antaranya yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Jambi dan Pekanbaru dinyatakan memiliki tingkata pencemaran udara paling tinggi.
- Penyebab pencemaran udara dapt dibedakan menjadi 2 yaitu karena faktor internal seperi debu, hasil letusan gunung berapi dan faktor eksternal seperti kemajuan teknologi dan industrialisasi. Hal-hal yang terkait dengan pencemaran udara diantaranya adanya zat pencemar atau polutan ( CO, NOx, Sox, hidrokarbon, partikulat), hujan asam, penipisan lapisan ozon, perubahan iklim dan pemanasan global.
- Pencemaran udara berdamapak pada berbagai mmakhluk hidup yang ada di muka bumi. Bagi manusia, pencemaran udara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan saluran pernapasan serta dampak-dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global. Selain itu, emisi gas-gas tertentu dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada beberapa jenis tumbuhan.
- Upaya untuk mengurangi dampak pencemaran udara daapt dilakukan secara teknis maupun non-teknis
Saran
- Hendaknya pemerintah menggalakkan penyuluhan terhadap masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan.
- Hendaknya jajaran pemerintah memberikan contoh kongkrit kepada masyarakat tentang cara menjaga lingkungan sebagai wujud dari partisipasi aktif aparat.
Daftar Pustaka
Anonim. 2006. Pencemaran
Udara pada Lingkungan Hidup Sekitar Kita - Gas Beracun CO, CO2, NO, NO2, SO dan
SO2 yang Merusak Kesehatan Manusia (online). http://www.walhi.or.id/ . Diakses tanggal 19 Februari 2008.
Anonim tanpa tahun. Penyebab Pencemaran (online).
http://www. pencemaranimage. com. Diakses tanggal 26 Februari 2008.
Bodi. 2001. Pencemaran Udara dari
Asap Knalpot Bus Kota di Jakarta, 1996 (online). www.tempo.co.id. Diakses tanggal 26 Februari 2008.
Kabinawa, Nyoman. 1991. Pencemaran Linkungan
dan Upaya Penanggulangannya. Majalah Amerta No. 4 Vol. 5
Pohan. Tanpa tahun. Pencemaran Udara dan Hujan Asam
(online). http://www.dampakpencemaranudara.com. Diakses tanggal 26 Februari 2008.
Ryadi, Slamet. 1986. Pengantar Kesehatan Lingkungan Dimensi dan Tinjauan
Konseptual. Surabaya: Usaha Nasional
Suban, Alex. Tanpa tahun. Udara Bersih, Hak Asasi yang
Lenyap (online). http:www. pencemaranimage. com. Diakses tanggal 26
Februari 2008.
Sugito. 1993. Deposisi Asam: Suatu Masalah pencemaran
Udara. Majalah Wahana Edisi 4-11/November/TH V.